Februari 23, 2010

the smile


Semakin sering kita tertawa semakin besar kemungkinan kita akan menangis

-tyz-


Hebat, semalam aku bisa bertahan di dalam kamar itu

Tanpa teman, tanpa telepon dari seseorang, ataupun sebatang coklat

Televisi terus menyala, radiasi sinarnya mengisi seluruh kamar yang gelap

Dengan aku yang berbaring dibawah selimut tebal dan sisa make up siang kemarin

 

Dan pagi ini, entah darimana datangnya semangat itu

Aku tersenyum sepanjang jalan, seolah malaikat penjagaku kembali datang

Padahal sama sekali tidak,

Sang malaikat sudah lama menjauh,

Meninggalkan jejak helai sayapnya yang gugur

Dan sebentuk luka di telapak tanganku yang masih basah

 

Ada yang aneh denganku hari ini,

Berbagi senyum pada kumbang di batang pohon cemara,

Juga pada bunga liar di rumput hijau,

Ada apa denganku Tuhan?

Apakah aku akan mati?

Ataukah akan datang lagi cobaan di hari esok?

Sehingga kau biarkan aku tersenyum hari ini dan menangis esok?

 

Entahlah…

Aku harap besok aku akan tetap dengan senyumku yang hilang dulu,

Satu hal yang tersisa dari diriku, setelah semuanya pergi di tiup angin takdir

 

Tuhan,

Kembalikan lagi aku seperti masa itu,

Ketika cinta tidak bisa menyakiti aku,

Ketika malam tidak menyiksa aku yang sendiri,

Kembalikan aku seperti masa itu,

Sebelum terlambat…

Februari 19, 2010

your birthday

17.43

Bandung hujan lagi sore ini nyun,

Jalanan banyak yang banjir dah gitu udaranya dingin banget,

Aku lupa  bawa sweater ato pasmina,

Kalo kamu tau aku ga pake di cuaca yang kayak gini, kamu pasti marah

Tapi untung aku bawa payung, walopun udah 2 jari-jarinya yang patah

Masih bisa dipake kok, paling engga aku ga kebasahan banget gara-gara hujan

 

Jalan di depan budisari macet deh nyun,

Air hujan yang turun ke jalan, tumpah dari setiabudi atas

Kaki aku kedinginan karena kerendam air,

Sepatu putih aku jadi susah diajak kerjasama

Beberapa kali *keselimpet dan nyaris bikin aku kerepotan

Antara bawa payung, pegang tas, sama bawa tiramisu cake

Hehe, iya…aku beli cake buat acara kita malam nanti

Aku juga beli gula-gula kapas kesukaan kamu,

Tapi ada satu yang kurang, satu hal penting yang kurang

Kamu nyun…

 

19.05

Bandung masih hujan rintik,

Aku dah selimutan di kamar, sambil nunggu menit-menit kamu lahir

Ternyata masih ada 5 jam lagi,

Aahh, aku ga sabar mau kasih surprise ke kamu

Surprise yang ga sempat aku kasih ke kamu, 19 February tahun lalu

Aku lihat kamu di YM, tapi aku harus tahan diri aku untuk buzz kamu

 

22.38

Makin ga sabar nunggu jam 00.00,

Makin ga sabar denger suara kamu,

Makin ga sabar nyanyi “happy birthday” buat kamu,

 

00.06

Mms aku kirim,

Aku telp kamu,

Kamu bilang “hari ini aku ulang tahun, kok kamu ga kasih ucapan?”

Aku cuma bisa diam nyun,

Nunggu surprise yang aku kirim masuk ke handphone kamu,

Dan akhirnya, kamu bilang makasih

Iyah, aku tahu…

Aku ga bisa kasih surprise lebih daripada foto itu

Hanya sebuah foto buram,

Tiramisu cake dengan lilin putih yang menyala,

Sebuah kartu ucapan, dan foto lama kita yang masih aku simpan

 

“selamat ulang tahun nyun”

Maaf, aku nangis lagi di hari lahir kamu

Aku sedih, karena nyala lilin ini harus aku padamkan sendiri,

Dan doa yang terbaik, harus kupanjatkan sendiri

Tanpa kamu

 

 

--

Subuh tadi aku mimpi,

Kamu datang tiba-tiba,

Sambil membawa 2 tangkai mawar putih

Dan menyerahkannya ke aku

 

 

Februari 18, 2010

a walk to remember

A Walk to Remember: Maybe God has a bigger plan for me than I had for myself. 

Like this journey never ends. 


Hujan sore kemarin membawa aku kembali ke kenangan musim lalu. Aku berjalan dibawah rintik hujan, diantara hiruk pikuk kendaraan dan pejalan kaki. Mataku terpaku pada jalanan itu. Jalan yang sering kita lalui dulu. Ada sebuah rumah disana. Rumah yang kamu tahu aku suka, karena tiap sudutnya terbangun dari kaca. Kamu tahu? Setiap kali kita melewati jalan dan rumah itu, aku selalu berdoa dalam hati semoga kita bisa tinggal didalamnya suatu hari nanti.

Tapi itu semua hanya harapan di tahun kemarin. Sewaktu kita masih sering tertawa, bercanda, dan berbagi cerita. Dan sore kemarin, aku hanya bisa berjalan sambil menahan air mata yang akan terjatuh di jalan itu. Perjalanan yang dulu terasa indah, kini terasa menyiksa. Batinku sakit, hatiku perih, dan mataku menangis. Kamu tahu? Aku menangis di jalan itu. Aku menangis karena aku melihat kita disetiap sudutnya. Kita yang sudah semakin samar dan tidak bisa tersentuh lagi. Kita yang sekarang hanyalah partikel-partikel cahaya yang semakin hari semakin memudar dan akhirnya hilang dalam kegelapan. Jika aku boleh mengungkapkanya padamu, aku kini hancur. Menjadi kepingan dan hanya tersisa sebagian kecilnya saja. Entah dengan kamu, yang memulai hidup baru di tempat baru. Tempat yang tidak menyimpan sedikitpun memori tentang kita. Jalanan yang tidak pernah mendengarkan celoteh kita.

Aku menangis keras semalam. Hingga langit pun mendengar dan ikut menangis. Seperti hujan di bulan Desember tahun lalu. Ketika sedikit demi sedikit kamu menjauh dan akhirnya pergi tinggalkan kota ini dan juga kenangan tentang kita.

Hatiku sakit, aku katakan dengan jelas hal ini padamu. Karena memang aku merasakan sakitnya saat ini. Sakit yang entah kamu merasakannya atau tidak. Hingga akhirnya aku takut untuk membagi rasa sakitnya denganmu, karena aku takut menerima rasa sakit yang lebih perih ketika kamu katakan “ jangan seperti ini, jangan bebani aku lagi” .

Aku menangisi kita, jalan ini, dan semua kenangan yang terbentuk musim lalu.

Februari 17, 2010

camouflage


Pagi ini, kami berkumpul seperti pagi kemarin,

Dan meja ini (lagi) menjadi tempat semua cerita tertumpah

Lima orang sahabat saling bercerita tentang peristiwa di malam sebelumnya

Ditemani teh manis hangat dan biskuit sisa

Serta angin pagi yang dingin menusuk

 

Pagi ini, aku kembali memakai kacamata

Bukan, bukan karena aku ingin tampak pintar

Bukan juga karena minus mataku sudah begitu parahnya,

Bukan karena itu…

Udahlah, lupain aja masalah kacamata

Kembali ke topic meeting kami di pagi ini,

Tentang hidup dan segala warna-warninya,

 

Tentang hidup mba ve yang lagi bahagia-bahagianya dengan sang suami,

Meski hanya bisa bertemu di akhir minggu, cinta mereka tetap ada

Bahkan semakin hangat,

Kisah mba an yang sedang mencari sang calon suami,

Dia mau secepatnya merit, seperti teman-temannya

Tapi dia bilang, harus nemuin pria yang tepat

karena agamanya tidak membolehkan perceraian

 

Lalu cerita mba ay yang baru aja kembali dari tanah Arab

Bertemu dengan kekasih dari dunia maya,

Setelah sekian tahun hanya bertatap melalui teks di window chat

Namun akhirnya saat yang dibayangkan jauh dulu, terjadi juga

Dan yang terakhir, cerita dari satu-satunya pria di grup ini

Hmm..sebenarnya tidak ada cerita pribadi sedikitpun yang keluar dari dia

Dia terlalu menganggap enteng hidup,

Susah senang selalu tertawa, ga heran klo badannya semakin melebar

Walopun tiap sore fitness di gym dekat tempat tinggalku

 

Celotehan mereka terhenti, mejaku ini mendadak hening

Mereka ber-empat menunggu aku bicara,

Ahh..harus gitu aku cerita? Kataku

Kepalaku masih pening sisa semalam,

Badanku masih demam karena dingin udara semalam,

Dan kacamataku masih menempel di kedua mataku,

Kalian itu sahabatku, tanpa aku cerita

Kalian pasti tahu peristiwa apa yang terjadi semalam,

Sudah ya, aku mau diam saja…mendengar cerita bahagia kalian

Membayangkan senyuman kalian,

Biarkan aku memakai kacamataku ini

Aku yakin kalian tahu, apa artinya

Kacamata ini hanyalah camouflage

Atas sakit yang aku rasa  


Februari 08, 2010

waktu


Berjalan dengan kaki sendiri memang tidak mudah,

Tidak seperti musim itu,

ketika kedua kaki ini melangkah beriring dengan sepasang kaki lainya,

Dan tangan yang menggenggam saling menjaga

 

Sempat aku terhuyung di sisi jalan yang ramai itu

Merasa pening dengan semua hiruk pikuk kendaraan

Merasa asing diantara kerumunan manusia

Merasa terbuang tanpa terpungut

 

Sesak,

Hari ini aku merasa semakin sesak dari hari itu

Nurani ini bilang, “benci dia, hukum saja…balas dengan lebih kejam!”

Pening,

Ketika kata-kata itu terlintas di kepala ini,

Aku katakan pada nurani, “aku bukan orang jahat, dan aku tidak akan berubah menjadi salah satu dari mereka. Biar saja aku seperti ini, diam dan menerima”

 

Namun, diam-nya aku tidak berarti aku lupa

Diam-nya aku tidak berarti aku bodoh

Dalam diamku, aku belajar

Aku mengamati apa itu kehidupan

Apa itu kepercayaan,

Apa itu kesetiaan,

Apa itu harga diri, dan

Arti menghargai

 

Kini biar waktu yang akan menjawab

Apa yang terjadi dengan aku dan masa laluku

Apakah aku akan tetap terhuyung di jalan yang sama

Ataukah aku akan bersorak?

Mensyukuri semua peristiwa hari itu,

Yang tidak datang dengan terlambat

 

Bisa jadi aku sesak hari ini,

Tapi esok?