Like this journey never ends.
Hujan sore kemarin membawa aku kembali ke kenangan musim lalu. Aku berjalan dibawah rintik hujan, diantara hiruk pikuk kendaraan dan pejalan kaki. Mataku terpaku pada jalanan itu. Jalan yang sering kita lalui dulu.
Tapi itu semua hanya harapan di tahun kemarin. Sewaktu kita masih sering tertawa, bercanda, dan berbagi cerita. Dan sore kemarin, aku hanya bisa berjalan sambil menahan air mata yang akan terjatuh di jalan itu. Perjalanan yang dulu terasa indah, kini terasa menyiksa. Batinku sakit, hatiku perih, dan mataku menangis. Kamu tahu? Aku menangis di jalan itu. Aku menangis karena aku melihat kita disetiap sudutnya. Kita yang sudah semakin samar dan tidak bisa tersentuh lagi. Kita yang sekarang hanyalah partikel-partikel cahaya yang semakin hari semakin memudar dan akhirnya hilang dalam kegelapan. Jika aku boleh mengungkapkanya padamu, aku kini hancur. Menjadi kepingan dan hanya tersisa sebagian kecilnya saja. Entah dengan kamu, yang memulai hidup baru di tempat baru. Tempat yang tidak menyimpan sedikitpun memori tentang kita. Jalanan yang tidak pernah mendengarkan celoteh kita.
Aku menangis keras semalam. Hingga langit pun mendengar dan ikut menangis. Seperti hujan di bulan Desember tahun lalu. Ketika sedikit demi sedikit kamu menjauh dan akhirnya pergi tinggalkan
Hatiku sakit, aku katakan dengan jelas hal ini padamu. Karena memang aku merasakan sakitnya saat ini. Sakit yang entah kamu merasakannya atau tidak. Hingga akhirnya aku takut untuk membagi rasa sakitnya denganmu, karena aku takut menerima rasa sakit yang lebih perih ketika kamu katakan “ jangan seperti ini, jangan bebani aku lagi” .
Aku menangisi kita, jalan ini, dan semua kenangan yang terbentuk musim lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar