“Aku harus melanjutkan hidup, kembali ke rumah ayah ibu
Kamu baik-baik disini, jaga diri, jaga kesehatan,
Kamu wanita yang kuat, kamu mandiri, aku yakin kamu bisa
Jalan hidup kamu masih panjang”
Kata-kata itu yang sekarang terus terlintas dipikiran si gadis. Bukan semangat yang didapat, tapi keputus-asaan. Disaat kata-kata itu terucap, dia hanya bisa menangis. Tak sedikitpun amarah yang dapat dipaksanya keluar dari hati. Begitulah sifatnya, selalu memendam perasaan hanya karena tidak ingin menyakiti perasaan yang lain.
[Kita bisa melanjutkan hidup bersama, meskipun kamu jauh disana dan aku sendiri disini. Aku tidak berkeberatan, aku yakin aku bisa asalkan kamu selalu bersama aku. Aku menjadi kuat karena ada kamu yang menguatkan, aku menjadi bisa karena ada kamu yang mengajarkan aku hingga pandai. Dan jalan hidup kita memang masih panjang, mengapa tidak kita coba?]
Hati kecil si gadis berteriak lantang mengungkapkan semua keinginannya, namun sayang dinding hatinya terlalu tebal sehingga tak sedikitpun gema yang keluar ke udara.
“Kamu tidak mengerti, hidupku bukan melulu tentang cinta. Aku harus membahagiakan orang-orang disekitarku. Aku harus membangun masa depanku. Kamu tahu, aku dan kamu berbeda. Perbedaan ini terlalu sulit untuk dipersatukan. Maaf, aku tidak bisa menjadi penjagamu lagi. Ini jalan yang terbaik untuk kita”
Air mata si gadis makin deras menetes, namun tak sepatah kata muncul mengiringi sesak di hatinya. Nampaknya rasa sakit itu terlalu besar sehingga menutup katup udara dalam tenggorokannya untuk bersuara.
[Kamu yang tidak mengerti tentang perjuangan aku menjaga kita. Kesetiaan, kesabaran, keihklasan aku menjadi pemilik hatimu. Hidup memang tidak melulu tentang cinta, aku tahu itu, sejak dulu bahkan. Hidupku memang tidak melulu diisi cinta darimu, tapi juga canda dan tawa bahkan tangis. Dan jika perbedaan yang menjadi alasan, lalu mengapa baru sekarang? Mengapa baru sekarang kamu menjadikannya penting? Mengapa tidak sejak dulu saja kita memutuskan hubungan diatas perbedaan? Perbedaan ini, bukankah aku sudah buktikan bahwa aku bisa beradaptasi dan menjadi bagian darinya?Kini, kamu memang sedang membangun masa depan milikmu sendiri tapi aku disini harus memunguti semua harapan akan masa depan aku dengan kamu yang telah runtuh.]
April 2010,
Sisa kesedihan masih terlihat dikedua mata si gadis. Tapi dia harus tetap menjalani hari. Seperti kata sahabatnya “hari masih muda”. Meski sudah seratus hari lebih terbuang dengan penuh air mata, si gadis masih tegar berdiri. Sedikit limbung memang, tapi masih tegak terlihat.
---
“Sampai kapan kamu akan menunggu aku?” tanya si pria.
Si gadis: “Sampai aku merasa lelah. Sampai Tuhan berkata cukup”
Mengering sudah bunga di pelukan Merpati putih berarak pulang terbang menerjang badai Tinggi di awan, menghilang di langit yang hitam
S'lamat berpisah kenangan bercinta Sampai kapankah jadinya aku harus menunggu Hari bahagia seperti dulu...
[merpati putih]
Ending tentang kita, nampaknya mulai terlihat jelas. Ketika kita sama-sama dihadapkan pada satu-satunya pilihan; saling melupakan.
Bagiku, melupakan kita adalah hal tersulit yang harus aku lakukan. Aku lebih memilih untuk berdamai dengan rasa cemburu dan rasa sakit, daripada harus merobek semua gambar tentang kita dan membakarnya diatas bara.
Bagiku, kita akan tetap ada. Meskipun takdir menginginkannya mati dan terkubur beserta semua canda dan tawa yang terlahir. Tawamu yang masih kudengar jelas, senyummu yang masih kulihat indah.
Tapi aku akhirnya tersadar,
Aku tidak bisa egois memaksamu kembali lagi disisi. Menjadi kamu yang dulu. Menjaga, melindungi, menyayangi, membuat aku tersenyum dalam sendiri.
Aku harus tersadar, bahwa pada akhirnya aku kehilangan kita.
[Maaf…]
Mungkin ini permohonan maaf yang terakhir kalinya terucap untukmu. Atas semua perkataan aku yang menyakitkan. Perkataan aku yang menyinggung perasaan, membuatmu dengan terpaksa merubah cinta menjadi benci. Ini permohonan yang terakhir kalinya, aku janji.
Sayang,
Kalau boleh aku memanggilmu begitu untuk satu kali ini saja
Aku ingin kamu bahagia esok,
Bukan…bukan!!!
Aku ingin kamulebih bahagia esok,
Aku ingin kamu melupakan semua kisah buruk tentang aku,
Yang selalu menyakiti kamu dengan perkataanku,
Aku ikhlas untuk dilupakan atau bahkan dihapus dari hatimu
Aku ikhlas…jika itu bisa membahagiakanmu,
Sayang,
Semoga Allah selalu ada untukmu,
Melindungimu,
Menyayangimu,
Mengasihimu,
Melalui orang-orang yang terpilih untuk mendampingimu,
Yang aku tahu, bukan aku…
bogoshipda
---
Aku ingat, saat malam itu ALEXA bernyanyi dihadapan kita…
A picture, captured to keep the smiles, A video, taken to save the moments, A memory kept so it can be seen again, To laugh, to smile, or even to cry on it. I still have the picture, I still keep the video, I still play the memory, everyday. But, apparently those kind of things aren’t in your list. Aren’t in your pocket, Or maybe aren’t in your mind..Well, it’s the choice that has been taken. I’m way too powerless to make you even keep those. Nothing’s left anymore, Not even my eyes in your eyes...My love in your heart...My smile in your face, Or my name in your lips,